Kalau dihitung, 13 tahun itu waktu yang lumayan panjang. Jujur, saya nggak pernah nyangka perjalanan jualan template blog bisa bertahan sampai sekarang. Awalnya cuma iseng-iseng, sekadar mencoba utak-atik tampilan blog sendiri, eh malah keterusan. Dari yang cuma iseng belajar, sampai akhirnya jadi salah satu sumber penghasilan utama saya sampai sekarang.
Tapi perjalanan ini tentu nggak mulus. Ada masa-masa di mana saya merasa di atas angin, ada juga momen nyesek karena penjualan jeblok. Ada cerita manis, ada cerita pahit.
Dan lewat artikel ini, saya mau bercerita ke sobat tentang semua hal yang saya pelajari, tantangan yang dihadapi, sampai harapan saya untuk masa depan.
Awal Mula: Dari Iseng-Iseng Berhadiah
Kalau diingat-ingat lagi, perjalanan saya jualan template di sugeng.id ini dimulai dari sesuatu yang sederhana banget.
Dulu saya belum punya laptop sama sekali. Alat utama saya cuma ponsel Nokia C2-01.
Kedengaran mustahil? Iya, saya juga kalau cerita ke orang kadang suka nggak percaya. Tapi kenyataannya, dari ponsel inilah saya belajar ngedit template, utak-atik kode, dan mulai bikin desain.
Waktu itu, salah satu alasan kenapa saya nekat jualan template adalah harapannya bisa kumpulin uang untuk beli laptop. Laptop itu jadi semacam “hadiah utama” yang saya impikan, dan ternyata langkah kecil dari ponsel jadul itu bener-bener mengubah hidup saya.
Waktu itu saya jual template pertama seharga Rp50.000. Ketika ada pembeli pertama, rasanya seperti menang undian. Itu momen yang nggak bisa saya lupakan.
Jualan Produk Digital Itu Menguntungkan
Salah satu alasan saya bisa bertahan sampai 13 tahun adalah karena produk digital punya kelebihan yang susah ditandingi produk fisik.
Tanpa modal besar
Saya nggak perlu modal ratusan juta. Cukup modal skill, laptop, dan internet, sewa hosting/domain.
Nggak perlu gudang, nggak pusing soal stok habis, nggak takut barang rusak.
Bisa dijual berulang-ulang
Satu template yang saya buat bisa dijual ke ratusan, bahkan ribuan pembeli. Tinggal kirim file yang sama — modalnya sudah balik sejak pembelian pertama, penjualan berikutnya tinggal murni keuntungan.
Tapi meski kelihatannya enak, tetap ada kerja keras di belakang layar. Produk digital butuh update berkala, apalagi kalau ada bug atau fitur Blogger berubah.
Penjualan Template Masih Jadi Sumber Penghasilan Utama
Selain jualan template Blogger di sugeng.id, sebenarnya saya juga punya beberapa sumber penghasilan lain, baik dari dunia offline maupun online.
Tapi kalau dihitung-hitung, penjualan template masih jadi penyumbang terbesar dalam pendapatan saya.
Meski ada usaha lain, template Blogger sudah seperti “tulang punggung” yang menopang penghasilan utama. Kalau penjualannya turun, efeknya langsung terasa ke keuangan saya.
After Sales Lebih Penting dari Produk Itu Sendiri
Banyak orang pikir kalau produknya bagus, otomatis laku.
Pengalaman saya bilang: pelayanan setelah penjualan (after sales) itu justru lebih penting.
Kenapa?
- Pembeli yang puas akan balik beli lagi.
- Mereka bisa merekomendasikan ke teman tanpa diminta.
- Pelanggan lama lebih gampang percaya dibanding cari pelanggan baru.
After sales ini termasuk:
- Menjawab pertanyaan teknis dengan cepat.
- Memberi update gratis untuk pembeli lama.
- Membantu instalasi template kalau pembeli kesulitan.
Produk bagus tanpa pelayanan ibarat makanan enak tapi disajikan di piring kotor. Sekali makan mungkin oke, tapi orang nggak akan balik lagi.
Pembajakan Tidak Bisa Dihindari
Ini bagian yang bikin saya paling sering garuk-garuk kepala.
Beberapa kali saya menemukan template yang saya jual:
- Disebarkan gratis di forum atau grup Facebook.
- Dijual ulang di marketplace dengan harga super murah.
Awalnya saya marah. Tapi lama-lama sadar, mau segimana pun proteksinya, pembajakan akan tetap ada.
Daripada habis tenaga marah-marah, saya pilih fokus ke pembeli jujur, sambil kasih mereka alasan untuk tetap beli resmi — misalnya dengan update eksklusif, dukungan teknis, dan layanan yang nggak bisa mereka dapat dari versi bajakan.
Bikin Desain yang Disukai Banyak Orang Itu Nggak Gampang
Kalau bikin desain sesuai selera pribadi sih gampang. Tapi bikin desain yang bisa diterima banyak orang, itu tantangan besar.
Tantangannya:
- Selera berbeda-beda
Ada yang suka minimalis putih bersih, ada yang mau warna-warni meriah. - Harus balance antara tren dan kebutuhan
Template harus enak dilihat, tapi juga cepat diakses dan ramah SEO.
Pengalaman uniknya, kadang template yang saya rasa “biasa saja” malah laris, sementara yang saya pikir bakal meledak malah sepi peminat.
Ketika saya membuat template, menentukan desain adalah bagian yang paling banyak memakan waktu.
Peran SEO Sangat Penting
Kalau sobat pernah cari “Template Blog” atau “Template Blogger” di Google, kemungkinan besar sugeng.id muncul di atas.
Itu bukan kebetulan, tapi hasil optimasi SEO yang saya lakukan bertahun-tahun.
Pelajaran pentingnya:
- Ranking bagus nggak datang semalam
Butuh waktu dan konsistensi. - Sulit bertahan di puncak
Persaingan ketat dan algoritma Google sering berubah. - Optimasi kecil bisa berdampak besar
Salah satu langkah yang lumayan mengubah adalah saat saya ganti halaman depan sugeng.id jadi landing page produk template blog. Sebelumnya, halaman depan cuma berisi posting blog biasa.
SEO bagi saya ibarat jalan raya menuju toko. Kalau jalan itu macet atau rusak, pengunjung akan berkurang drastis.
Pernah Digrebek Karena Salah Paham
Ada satu pengalaman yang sampai sekarang kalau diingat rasanya campur aduk antara lucu, kaget, dan sedikit trauma. Jadi, dulu salah satu pengguna template saya ternyata memanfaatkan blognya untuk memposting artikel berisi adu domba dan provokasi.
Masalahnya, di template yang saya jual waktu itu, secara default ada link ke akun media sosial saya. Link tersebut seharusnya diedit dulu dan diganti dengan link media sosial milik sendiri. Tapi oleh pemiliknya dibiarkan saja.
Sampai suatu hari, saya benar-benar “digrebek” sekelompok orang yang datang langsung ke rumah. Dari cara mereka datang dan berbicara, saya paham betul kalau ini bukan orang sembarangan — mereka tahu persis identitas dan alamat saya, padahal saya tidak pernah mencantumkan alamat di media sosial. Rasanya waktu itu campur aduk antara bingung, takut, dan heran.
Untungnya setelah dijelaskan, mereka mengerti kalau saya hanya penjual template dan tidak ada hubungannya dengan isi blog pengguna. Tapi sejak kejadian itu, saya belajar satu hal penting: jangan pernah mencantumkan informasi pribadi atau link media sosial secara default di template yang dijual. Karena kita tidak pernah tahu template itu akan dipakai untuk apa.
2025: Tahun Penjualan Terendah
Tahun 2025 ini bisa dibilang jadi titik terendah penjualan template sejak saya mulai jualan di sugeng.id. Salah satu penyebab utamanya adalah minat untuk menjadi blogger yang semakin menurun. Banyak orang yang dulunya mungkin ingin bikin blog, sekarang lebih memilih jalur lain seperti jadi YouTuber, TikToker, atau Instagramer. Platform video dan media sosial memang terasa lebih cepat menghasilkan dan lebih mudah menarik perhatian audiens.
Selain itu, persaingan di dunia blogging makin berat. Arena ini sekarang sudah dikuasai oleh situs-situs besar yang punya tim dan sumber daya kuat. Ditambah lagi, konten AI mulai membanjiri internet, membuat blog personal semakin sulit bersaing di mesin pencari.
Platform Blogger sendiri juga sudah seperti tidak diurus oleh Google. Tidak ada pembaruan signifikan, dashboard tetap jadul, fitur terbatas, dan beberapa bug dibiarkan begitu saja. Kondisi ini membuat komunitas pengguna Blogger semakin sepi dan tidak aktif seperti dulu.
Selain itu, sekarang pilihan platform blogging lain sangat beragam. Banyak yang lebih modern, up-to-date, dan dilengkapi fitur canggih.
Harapan ke Depan
Meski penjualan di tahun 2025 ini menurun, saya masih punya harapan besar untuk masa depan Blogger. Saya ingin sekali platform ini diperbarui lagi oleh Google. Mulai dari penambahan fitur baru, re-desain dashboard supaya lebih modern, sampai perbaikan bug yang sudah lama dibiarkan.
Kalau Blogger mendapatkan pembaruan besar seperti itu, saya percaya akan ada lebih banyak orang yang kembali tertarik untuk menggunakannya. Terutama para blogger baru yang mungkin selama ini merasa platform ini sudah ketinggalan zaman dibandingkan platform lain.
Dengan komunitas yang kembali aktif, ekosistem Blogger juga akan terasa lebih hidup. Orang akan saling berbagi ilmu, saling membantu, dan pastinya suasana ngeblog akan jauh lebih menyenangkan seperti dulu lagi.
Kalau itu semua terjadi, tentu semangat saya untuk mendesain template-template baru juga akan kembali lagi. Rasanya seperti punya alasan kuat untuk terus berinovasi dan menghadirkan karya yang bermanfaat buat banyak orang. Siapa tahu, nantinya ada template yang bisa jadi “template legendaris” berikutnya.
Kenapa Tidak Jualan Theme WordPress?
Mungkin ada sobat yang bertanya, “Kalau jualan template Blogger bisa, kenapa nggak sekalian jualan theme WordPress juga?”
Jawabannya cukup sederhana, karena saya memang tidak tertarik. Ada beberapa alasannya.
Pertama, meskipun saya juga menggunakan WordPress untuk beberapa kebutuhan, tapi jujur saja saya tidak suka dengan WordPress. Apalagi sekarang dengan Block Editor dan segala tetek bengeknya. Kalau saya sendiri tidak nyaman, maka saya tidak akan menemukan kesenangan dalam mendesain tema.
Kedua, WordPress itu terlalu kompleks. Membuat theme WordPress yang bisa digunakan banyak orang bukan hal mudah, karena kebutuhan pengguna WordPress sangat bervariasi. Butuh penyesuaian dan pengujian yang jauh lebih rumit dibandingkan membuat template Blogger.
Ketiga, ekspektasi terhadap theme WordPress itu sangat tinggi. Di luar sana sudah banyak theme premium dengan kualitas luar biasa dan fitur yang melimpah. Kalau saya hanya membuat theme “ala kadarnya”, maka peluang untuk bersaing hampir tidak ada.
Penutup
13 tahun jualan template Blogger mengajarkan saya banyak hal: bahwa modal besar bukan segalanya, bahwa pelanggan setia lebih berharga dari sekadar angka penjualan, dan bahwa adaptasi adalah kunci bertahan.
Tahun ini memang berat. Tapi saya percaya, roda akan berputar.
Siapa tahu, beberapa tahun lagi Blogger bangkit lagi, dan saya bisa kembali merasakan masa-masa penjualan terbaik.
Kalau sobat pernah beli template Blogger, atau punya cerita di dunia produk digital, tulis di kolom komentar. Kita ngobrol bareng. Siapa tahu, cerita sobat bisa jadi inspirasi buat orang lain.